Angin malam semilir membawaku terhenyak dalam perenungan
ini. Dari dalam mobil bersama abii adikku dan seorang supir kulihat gemerlapnya
malam jalanan Kediri-Tulungagung. Dengan sedikit rasa kantuk bersarang, aku
mensyukuri skenarioNya ini.
Selasa setelah RPA Surabaya kemarin, aku pulang. Bersama 3
kawan seperjuangan berpacu bersama bis kota melewati jalan P.linggo-Sby.
Tepatnya aku sampai dirumah setelah 2 malam menginap dirumah kawanku di Jombang.
Sebelum diantarnya aku oleh keluarga saudariku ini, aku berkunjung pada mereka.
Teman seperjuanganku di PONPES Al-ihsan. Lama aku tidak berjumpa mereka lagi
setelah aku memilih tempat perjuanganku jauh dari mereka, mungkin satu setengah
tahun sudah. -mungkin-hanya aku yang tau
bagaimana dag-dig-dugnya hatiku saat akan bertemu mereka. Pertemuan kala itu
memang sangat singkat. Tapi cukup membuat kerinduanku tak sekeras bongkahan es
lagi. Sesampainya aku dirumah, ummi sejurus menawariku menjenguk yangkung yang
sedang sakit di kediri. Sebenarnya aku lelah. Satu jam setelah bersiap, kami
berangkat. Allah, tergerak hatiku melihat ini. Terlintas-lintas di benakku saat
yangkung masih sering menggodaku dan kami tertawa bersama. Teringat pula
cerita-cerita yang diulasnya saat kami bersantai bersama di teras depan rumah
yangkung. Allah menuntunku sampai aku
berada disana disaat itu merenungi..
Kemarin pagi aku kembali meninggalkan pondok untuk beberapa
hari. Pagi-pagi bersama 2 orang kakak-beradik menyusuri perjalanan
p.linggo-malang-blitar, dan aku sendirian menuju tulungagung. Siang
diperjalanan dengan sedikit jengkel. Tapi tetaplah kusyukuri dapat sampai rumah
dengan selamat. Alhamdulillah. Setelah melepas lelah, abii mengajakku dan adik
laki-lakiku menjenguk yangti dan yangkung untuk pamit menuju jakarta untuk rpa.
Yangti ada di Rumah Sakit Bhayangkara di ruang ICU dengan berselang-selang. Aku
sedih lagi. Apalagi kata om, pasien tepat disebelah kanan yangti menghembuskan
nafas terakhirnya tadi siang dan seberangnya barusan saja dijemput ajalnya.
Disana ada 7 pasien termasuk yangti. Ada yang tertidur pulas. Ada yang sedang
mengobrol dengan penjenguknya. Adikku berstatement “mbak, ICU itu buat yang
parah-parah ya?” Lebih mirip pertanyaan sebenarnya. Setelah mengobrol dengan
yangti walau sebentar juga berhubung waktu penjengukkan habis, kami melanjutkan
perjalanan menjenguk yangkung yang masih sakit dirumah. Ya, masih sama, di
kamar yang sama tapi kuharap dengan kondisi yang lebih baik. Kira-kita pukul
delapan kita pulang menuju tulungagung demi rehat esok pagi berangkat.
Dijalan aku merenungi ini. Allah yang menyusunnya hingga aku
bisa mengunjunggi yangti-yangkung yang sakit. Begitu indah skenarioNya
menjadikanku dapat belajar lebih lagi tentang perjalanan hidup ini.
Aqilah al ulya
Bersiap-siap menuju RPA Jakarta