Jumat, 29 Mei 2015

Allah yang menyusun semuanya

Angin malam semilir membawaku terhenyak dalam perenungan ini. Dari dalam mobil bersama abii adikku dan seorang supir kulihat gemerlapnya malam jalanan Kediri-Tulungagung. Dengan sedikit rasa kantuk bersarang, aku mensyukuri skenarioNya ini.

Selasa setelah RPA Surabaya kemarin, aku pulang. Bersama 3 kawan seperjuangan berpacu bersama bis kota melewati jalan P.linggo-Sby. Tepatnya aku sampai dirumah setelah 2 malam menginap dirumah kawanku di Jombang. Sebelum diantarnya aku oleh keluarga saudariku ini, aku berkunjung pada mereka. Teman seperjuanganku di PONPES Al-ihsan. Lama aku tidak berjumpa mereka lagi setelah aku memilih tempat perjuanganku jauh dari mereka, mungkin satu setengah tahun sudah.  -mungkin-hanya aku yang tau bagaimana dag-dig-dugnya hatiku saat akan bertemu mereka. Pertemuan kala itu memang sangat singkat. Tapi cukup membuat kerinduanku tak sekeras bongkahan es lagi. Sesampainya aku dirumah, ummi sejurus menawariku menjenguk yangkung yang sedang sakit di kediri. Sebenarnya aku lelah. Satu jam setelah bersiap, kami berangkat. Allah, tergerak hatiku melihat ini. Terlintas-lintas di benakku saat yangkung masih sering menggodaku dan kami tertawa bersama. Teringat pula cerita-cerita yang diulasnya saat kami bersantai bersama di teras depan rumah yangkung.  Allah menuntunku sampai aku berada disana disaat itu merenungi..

Kemarin pagi aku kembali meninggalkan pondok untuk beberapa hari. Pagi-pagi bersama 2 orang kakak-beradik menyusuri perjalanan p.linggo-malang-blitar, dan aku sendirian menuju tulungagung. Siang diperjalanan dengan sedikit jengkel. Tapi tetaplah kusyukuri dapat sampai rumah dengan selamat. Alhamdulillah. Setelah melepas lelah, abii mengajakku dan adik laki-lakiku menjenguk yangti dan yangkung untuk pamit menuju jakarta untuk rpa. Yangti ada di Rumah Sakit Bhayangkara di ruang ICU dengan berselang-selang. Aku sedih lagi. Apalagi kata om, pasien tepat disebelah kanan yangti menghembuskan nafas terakhirnya tadi siang dan seberangnya barusan saja dijemput ajalnya. Disana ada 7 pasien termasuk yangti. Ada yang tertidur pulas. Ada yang sedang mengobrol dengan penjenguknya. Adikku berstatement “mbak, ICU itu buat yang parah-parah ya?” Lebih mirip pertanyaan sebenarnya. Setelah mengobrol dengan yangti walau sebentar juga berhubung waktu penjengukkan habis, kami melanjutkan perjalanan menjenguk yangkung yang masih sakit dirumah. Ya, masih sama, di kamar yang sama tapi kuharap dengan kondisi yang lebih baik. Kira-kita pukul delapan kita pulang menuju tulungagung demi rehat esok pagi berangkat.

Dijalan aku merenungi ini. Allah yang menyusunnya hingga aku bisa mengunjunggi yangti-yangkung yang sakit. Begitu indah skenarioNya menjadikanku dapat belajar lebih lagi tentang perjalanan hidup ini.


Aqilah al ulya

Bersiap-siap menuju RPA Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kaifa ra'yik?