Aku bangun seperti biasa. Sahur seadanya tak lupa dengan kurma.
Mandi pagi kali ini lebih segar. Setelah shubuh, sebentar aku mengikuti tahsin
di kelas dengan ustadz budiman. 05.12, aku dan ilma, kami izin tidak bisa
melanjutkan mengikuti kegiatan tahsin. Sekali ini hanya berdua pula. 05.18,
kami berangkat dengan kaki sedikit bergetar. 05.28, tak menyangka secepat ini
kami tiba di rumah sederhana ini. Dinginnya pagi sudah berganti keringat gugup
kita bertiga. Setelah bertegur sapa dengan ibu yang sedang berjalan-jalan pagi.
Kami tiba. Mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk. Perbincangan panjang. Membahas
tentang semua jalan juang. Dari diri sendiri hingga yang paling berkuasa. Yang
paling mengetarkan yang menjadi tujuan utama pun mendatang. Setengah tujuh saat
aku lihat jam dinding putih yang menggantung di sebelah kananku. Yang pertama
ilma. Bergetar. Bukan hanya ilma, ustadzah, aku dan fatimahpun juga. Apalagi
setelah hamdalah dan do'a dilantunkan. Tangis pecah. Giliranku. Gemetar.
Ustadzah seperti takdapat menahan tangis. Konsentrasi sedikit terganggu.
Hamdalahpun terlantun. Tangis pecah lagi. Aku telah resmi. Terakhir fatimah.
Fatimah sudah tertunduk dalam. Tanda tangisnya agak parah. Berjalan lebih
normal. Do'a bersama diagungkan. Ditutup dengan kedatangan ustadzah lain
menyerahkan laporan. Kamipun diberi selamat. Tujuh kurang sepuluh. Kami
berjalan kembali ke pondok. Rasa bercampur aduk.kata tak dapat menjelaskan.
Allah aku tau ini jalanMu,
Yang tak mudah namun jaminan syurga yang
mewah..
Bukan hal murah tapi menjanjikan jannah
Dengan istiqomah sebagai kuncinya
Terus perbaiki diri menuju kesungguhan
perjuangan
Subhanallah
Wal hamdulillah
Wa laa ilaha illallah
Wallahu akbar
Laa haula walaa quwwata illabillah
ada apa emang?
BalasHapus